Novel karya Nawal El Saadawi, Perempuan Di Titik Nol memberikan banyak nilai. Penasaran bagaiamana review novel ini?
Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!
Review Novel Perempuan Di Titik Nol
Nawal membuat inti jantung ini terkoyak ketika membaca novelnya hingga halaman terakhir. Dibuat kesal, bukan terhadap penulisnya. Tapi akan isinya.
Novel ini diangkat dari kisah nyata seorang pelacur di Mesir. Perempuan di Titik Nol adalah novel yang menghadirkan figur perempuan yang mengalami ketidakadilan. Nawal juga menggambarkan bagaimana perempuan-perempuan Mesir ditengah kebudayaan Arab yang masih kental akan nilai-nilai patriaki.
Seperti kutipan dari novel ini halaman 22. “Saya ingin ke El Azhar dan belajar seperti paman.” Kemudian pamannya tertawa dan menjelaskan bahwa El Azhar hanya untuk kaum pria. Di sini menjelaskan bahwa perempuan di Mesir sana kurang mendapatkan pendidikan. Sehingga karena kurangnya pengetahuan sebagian besar dari mereka sudah tidak perawan dari sejak kecil tanpa disadari.
Pun Firdaus tokoh utama dari novel inipun mengalami pelecehan seksual, seperti kutipan dalam novel ini, halaman 20. “Saya melihat tangan paman saya bergerak-gerak dibalik buku yang ia baca menyentuh kaki saya. Saat berikutnya saya merasakan tangan itu menjelajahi paha saya.”
Pun di halaman 26, yang menunjukkan betapa perempuan dianggap makhluk nomor dua. “Jika salah satu anak perempuan mati, ayah akan menyantap makan malamnya. Ibu akan membasuh kakinya dan kemudian ia pergi tidur. Seperti itu setiap malam. Apabila yang mati seorang laki-laki, ia akan memukul ibu kemudian makan malam dan merebahkan diri untuk tidur.” Saya yang membaca ini sangat-sangat dibuat kesal.
Mau marah gak tau pada siapa. Mau meminta pertanggungjawaban entah pada siapa. Mau memaki juga tidak berguna. Tapi ini novel benar-benar diambil dari kisah nyata. Novel ini diterbitkan tahun 1973, kemudian Firdaus tokoh utama dihukum mati pada tahun 1974. Ia menanggung dan mempertanggungjawabkan padahal bukan dia yang menjadi dalang permasalahan.
Novel ini memberi kita nilai. Bukan soal perdebatan yang ada didalamnya. Intinya, pengetahuan sejak dini sangat diperlukan. Pendidikan juga untuk perempuan dibutuhkan.